Oleh: Fakhri Muhamad)*
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi tonggak penting dalam upaya pemerintah memperkuat ketahanan gizi anak bangsa. Program ini hadir untuk menjawab persoalan gizi yang masih dihadapi sebagian masyarakat, terutama siswa usia sekolah dasar hingga menengah. Dengan pendekatan higienis modern, MBG tidak hanya menyediakan makanan sehat, tetapi juga membangun sistem yang aman dan terpercaya untuk mendukung tumbuh kembang generasi emas 2045.
Wakil Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid, mengatakan bahwa keberhasilan MBG tidak boleh lepas dari prinsip dasar perlindungan anak sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014. Setiap anak berhak mendapatkan makanan yang aman, sehat, bergizi, dan halal. Evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan MBG menjadi kunci untuk memastikan tujuan program tetap tercapai secara optimal.
Hidayat juga menekankan pentingnya pengawasan dari hulu hingga hilir. Mulai dari produksi di Sentra Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), distribusi makanan, hingga penyajian di sekolah-sekolah harus dilakukan sesuai standar modern yang mengutamakan higienitas. Dengan begitu, kepercayaan publik dapat terus terjaga dan anggaran yang disiapkan pemerintah benar-benar memberikan manfaat langsung bagi masyarakat.
Peran Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menjadi sangat strategis dalam memastikan standar keamanan pangan diterapkan secara konsisten. Kepala BPOM Taruna Ikrar, mengatakan bahwa dapur MBG atau SPPG wajib mematuhi kaidah pengolahan makanan higienis modern. Penerapan teknologi sanitasi, penggunaan peralatan bersertifikat, serta pemantauan suhu distribusi adalah langkah nyata untuk meminimalisasi risiko keracunan.
BPOM tidak hanya melakukan pengawasan, tetapi juga pembinaan. Lebih dari 30 ribu Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia serta 40 ribu penjamah makanan telah dilatih agar mampu mengelola dapur MBG sesuai standar internasional. Dengan dukungan 900 tenaga ahli di seluruh Indonesia, BPOM memastikan kualitas pengolahan makanan benar-benar terjaga.
Menurut Taruna Ikrar, MBG bukan sekadar program makan gratis, melainkan investasi strategis dalam membangun generasi emas 2045. Anak-anak yang mendapat asupan gizi seimbang sejak dini akan tumbuh lebih sehat, lebih cerdas, dan lebih produktif. Dengan pengawalan sistem higienis modern, MBG menjadi pondasi penting bagi pembangunan sumber daya manusia unggul.
Selain itu, BPOM bersama Badan Gizi Nasional (BGN) terus memantau insiden pangan melalui sistem pelaporan cepat. Setiap laporan segera ditangani dengan cepat melalui analisis dan langkah perbaikan, sehingga ke depan program semakin kokoh dan dipercaya masyarakat.
Keberlanjutan MBG membutuhkan kolaborasi lintas lembaga. BGN, BPOM, lembaga pendidikan, serta masyarakat perlu bergandengan tangan menjaga program ini tetap berjalan di jalurnya. Pemerintah memastikan bahwa setiap aspirasi masyarakat akan didengarkan, sementara perbaikan terus dilakukan agar tidak ada lagi insiden yang mengganggu jalannya program.
Ketahanan gizi nasional tidak hanya soal ketersediaan makanan, tetapi juga menyangkut jaminan higienitas, kehalalan, dan transparansi. Dengan sinergi yang kuat, MBG dapat menjadi motor utama dalam menurunkan angka gizi buruk sekaligus meningkatkan kualitas pendidikan karena anak-anak dapat belajar dengan sehat dan penuh konsentrasi.
Langkah pemerintah berikutnya adalah mengintegrasikan teknologi digital dalam rantai pasok MBG. Sistem berbasis sensor suhu untuk distribusi makanan, pelaporan insiden secara real-time melalui aplikasi, serta audit digital terhadap dapur MBG akan memperkuat akuntabilitas program.
Dengan sistem higienis modern berbasis teknologi ini, sumber masalah bisa cepat diidentifikasi dan ditangani. Transparansi semakin kuat karena seluruh tahapan dapat dipantau baik oleh pengawas maupun masyarakat. Inilah bentuk nyata transformasi MBG menuju program makan bergizi yang berkelanjutan.
Selain peran pemerintah, masyarakat juga dapat mengambil bagian dalam memastikan keberhasilan MBG. Keterlibatan orang tua, komite sekolah, hingga organisasi masyarakat sipil sangat penting untuk memberikan masukan serta ikut mengawasi jalannya program. Dengan pengawasan partisipatif, setiap temuan di lapangan bisa segera dilaporkan dan ditindaklanjuti, sehingga mempercepat perbaikan sistem.
Kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat menciptakan rasa kepemilikan bersama terhadap program ini. Dengan begitu, MBG bukan hanya kebijakan pemerintah, tetapi menjadi gerakan nasional dalam memperkuat ketahanan gizi anak bangsa dengan prinsip higienis modern.
Ke depan, MBG juga diharapkan mampu membangun budaya hidup sehat di tengah masyarakat. Tidak hanya anak-anak yang mendapat manfaat langsung, tetapi juga keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitar dapat terdorong untuk lebih memperhatikan pola makan bergizi dan higienis. Dengan edukasi yang menyertai distribusi makanan, MBG bisa menjadi pintu masuk menuju perubahan perilaku positif yang berkelanjutan.
Program MBG menjadi salah satu fondasi untuk mencetak generasi emas 2045. Dengan sistem higienis modern, setiap anak Indonesia berhak atas makanan sehat dan bergizi yang mendukung tumbuh kembang optimal. Dukungan dari tokoh bangsa seperti Hidayat Nur Wahid serta pengawalan ketat dari Taruna Ikrar memperlihatkan bahwa program ini bukan hanya tanggung jawab satu lembaga, melainkan agenda bersama seluruh bangsa.
Dengan makanan yang aman dan bergizi, anak-anak akan tumbuh lebih kuat, lebih cerdas, dan lebih siap menghadapi persaingan global. MBG adalah bukti nyata bahwa negara hadir untuk memperkuat ketahanan gizi sekaligus menyiapkan masa depan Indonesia yang lebih cerah.
)* Penulis adalah mahasiswa Jakarta tinggal di Kalimantan Barat