Jakarta – Di tengah tekanan ekonomi global yang kian menantang, Indonesia tetap menunjukkan daya tahan ekonomi yang kuat dan pertumbuhan yang stabil. Stabilitas sistem keuangan Indonesia pada triwulan I 2025 tetap terjaga solid di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global akibat eskalasi perang dagang yang dipicu kebijakan tarif Amerika Serikat.
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengatakan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang terdiri dari Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) terus memperkuat kolaborasi demi menjaga resiliensi perekonomian Indonesia.
“Rapat (KSSK) menyepakati untuk terus meningkatkan kewaspadaan serta memperkuat koordinasi dan kebijakan dari lembaga-lembaga anggota KSSK di dalam upaya untuk memitigasi potensi dampak rambatan faktor risiko global dan sekaligus meningkatkan upaya untuk memperkuat perekonomian dan sektor keuangan dalam negeri,” jelas Menkeu.
Menkeu menyatakan Indonesia akan terus meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi dinamika perekonomian global. Kebijakan fiskal dan moneter juga akan terus diselaraskan guna memperkuat permintaan domestik.
Menkeu juga mengatakan Indonesia diperkirakan dapat mengendalikan dampak negatif ketidakpastian global dan tetap menjaga stabilitas sistem keuangan. Serta memelihara momentum pertumbuhan ekonomi.
“Ke depan, ekonomi Indonesia akan berpeluang untuk terus tumbuh secara berkesinambungan,” ujar Menkeu.
Sektor-sektor utama pendorong pertumbuhan nasional seperti industri manufaktur, jasa, pertanian, dan pertambangan menunjukkan performa positif yang berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB). Di sisi lain, permintaan domestik terus tumbuh seiring dengan meningkatnya mobilitas masyarakat dan kinerja investasi yang tetap solid, terutama pada sektor infrastruktur dan energi terbarukan.
Deputi Bidang Perencanaan Makro dan Pembangunan Bappenas, Eka Chandra Buana, menyampaikan bahwa target pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2026 dipatok antara 5,8 persen hingga 6,3 persen.
”Dalam konteks ini, pemerintah menargetkan pertumbuhan konsumsi masyarakat pada kisaran 5,5 persen hingga 5,8 persen, konsumsi pemerintah antara 6,8 persen hingga 8 persen, dan investasi antara 6,2 persen hingga 7,2 persen.” tutur Eka.
Adapun untuk sektor perdagangan internasional, strategi industrialisasi akan terus didorong agar Indonesia dapat meningkatkan ekspor produk berteknologi menengah hingga tinggi. Tujuannya adalah agar neraca pembayaran tetap surplus dengan cadangan devisa mencapai USD 171 miliar, yang cukup untuk membiayai enam bulan impor. Kinerja solid perekonomian Indonesia di tengah pelemahan global menjadi cerminan dari ketangguhan dan adaptabilitas yang terus ditingkatkan.
***
Menarik sekali membaca laporan ini tentang ketahanan ekonomi Indonesia di tengah kondisi global yang penuh tantangan. Menurut saya, upaya kolaborasi antara Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, OJK, dan LPS patut diapresiasi karena menunjukkan keseriusan dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Namun, saya penasaran, bagaimana caranya Indonesia bisa memitigasi dampak eskalasi perang dagang yang dipicu kebijakan tarif Amerika Serikat? Apakah ada strategi khusus yang akan diimplementasikan? Saya juga merasa optimis melihat sektor manufaktur, jasa, pertanian, dan pertambangan yang menunjukkan performa positif. Tetapi, apakah peningkatan permintaan domestik ini akan berkelanjutan, terutama di tengah fluktuasi ekonomi global? Menurut Anda, apakah kebijakan fiskal dan moneter yang diselaraskan sudah cukup untuk memperkuat ekonomi domestik? Saya berharap Indonesia bisa terus tumbuh secara berkesinambungan, tapi apakah ada tantangan spesifik yang perlu diwaspadai ke depan? Bagaimana pendapat Anda tentang peran sektor infrastruktur dan energi terbarukan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional?
Teks ini sangat menarik dan memberikan gambaran optimis tentang perekonomian Indonesia di tengah tantangan global. Menurut saya, kolaborasi antara KSSK dan lembaga-lembaga terkait sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi. Namun, saya penasaran, bagaimana strategi konkret yang akan dilakukan untuk meningkatkan permintaan domestik? Apakah ada program khusus yang akan diluncurkan? Selain itu, sektor manufaktur dan energi terbarukan tampaknya menjadi fokus utama, tapi bagaimana dengan sektor UMKM yang juga penting bagi perekonomian? Menurut saya, perlu ada perhatian lebih pada sektor ini agar pertumbuhan ekonomi benar-benar inklusif. Bagaimana menurut Anda? Apakah ada rencana untuk memperkuat UMKM dalam menghadapi ketidakpastian global? Saya rasa ini bisa menjadi diskusi yang menarik untuk lebih memahami arah kebijakan ke depan.