Jakarta – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kini menjadi salah satu contoh sukses kebijakan nasional yang tidak hanya berfokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga mendorong kemandirian ekonomi lokal. Melalui pendekatan yang menyatukan aspek sosial dan ekonomi, MBG berhasil memperkuat rantai pasok pangan, membuka peluang bagi pelaku usaha kecil, serta menciptakan pertumbuhan yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Pemerintah menegaskan bahwa pembangunan ekonomi harus berjalan beriringan dengan upaya peningkatan kualitas manusia. Perdagangan dan investasi di tingkat lokal diarahkan untuk menjamin akses masyarakat terhadap pangan yang bergizi, aman, dan terjangkau. Dengan cara ini, pertumbuhan ekonomi tidak hanya dinikmati oleh kelompok tertentu, tetapi memberi manfaat langsung bagi masyarakat luas.
Wakil Menteri Bappenas, Febrian Ruddyard, menjelaskan bahwa MBG menjadi wujud nyata arah baru pembangunan Indonesia yang berorientasi pada manusia dan ketahanan pangan sebagai pusat strategi ekonomi nasional.
“Melalui MBG, Indonesia menunjukkan bahwa kebijakan sosial dapat bersinergi dengan strategi perdagangan dan investasi. Program ini memperkuat rantai pasok lokal, memberdayakan pelaku usaha kecil, serta memastikan manfaat ekonomi dirasakan oleh masyarakat di berbagai daerah,” ujar Febrian Ruddyard.
Lebih lanjut, Wamen Febrian menilai pendekatan berbasis permintaan yang diterapkan dalam MBG menjadi kunci dalam membangun ekonomi yang tangguh dan mandiri.
“Pendekatan seperti ini memastikan bahwa kegiatan perdagangan berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat, bukan sekadar meningkatkan angka pertumbuhan,” tambahnya.
Program MBG terbukti mampu menggerakkan ekonomi lokal melalui mekanisme demand-driven yang menciptakan permintaan terstruktur terhadap produk pangan dalam negeri. Mulai dari petani, nelayan, peternak, hingga pelaku UMKM kini menjadi bagian dari rantai pasok bahan pangan bergizi. Permintaan yang stabil dan berkelanjutan ini mendorong peningkatan produktivitas, inovasi teknologi, serta pembentukan ekosistem ekonomi yang lebih mandiri di tingkat daerah.
Menurut Plt. Deputi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Bappenas, Pungkas Bahjuri Ali, dampak positif MBG tidak hanya terbatas pada sektor pangan. Program ini juga mendorong tumbuhnya wirausaha lokal baru yang berorientasi pada inovasi dan nilai tambah produk pangan daerah.
“Program ini memberikan efek berganda pada sektor industri pengolahan, logistik, konstruksi, keuangan, dan teknologi digital. MBG mendorong perputaran ekonomi daerah agar lebih cepat tumbuh dan berdaya saing,” ujarnya.
Dengan adanya MBG, peluang keterlibatan UMKM dalam rantai pasok pangan semakin besar. Hal ini tidak hanya memperkuat ekonomi lokal, tetapi juga membuka lapangan kerja baru dan memperkecil kesenjangan antarwilayah.
Pemerintah juga menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk memastikan keberlanjutan program ini. Penguatan kerja sama antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat menjadi kunci dalam menciptakan ketahanan pangan yang tangguh sekaligus memperluas dampak ekonomi.
Program MBG kini tidak hanya dikenal sebagai kebijakan sosial, tetapi juga strategi ekonomi yang mendorong kemandirian lokal. Melalui sinergi antara kebijakan pangan, perdagangan, dan investasi, Indonesia menunjukkan bahwa pembangunan berkelanjutan sejati adalah pembangunan yang memberikan manfaat nyata bagi masyarakat, memperkuat ekonomi daerah, serta membangun fondasi kemandirian bangsa.
