Pemerintah Lakukan Percepatan Pembangunan untuk Program Swasembada Energi

Jakarta – Pemerintah terus mempercepat pembangunan infrastruktur energi nasional sebagai langkah strategis menuju swasembada energi. Upaya ini dilakukan untuk memastikan kemandirian bangsa dalam memenuhi kebutuhan energi sekaligus memperkuat ketahanan nasional menghadapi dinamika global.

Percepatan pembangunan kawasan swasembada pangan, energi, dan air nasional dilandasi oleh Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 Tahun 2025 dan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 19 Tahun 2025.

Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, ditunjuk sebagai ketua tim percepatan yang melibatkan 27 kementerian/lembaga. Zulhas menjelaskan Inpres tersebut menjadi pedoman koordinasi antar kementerian, sementara Keppres mengatur pembentukan tim lintas sektor.

“Inpres itu, satu, kita diminta untuk mempercepat menuju kedaulatan, terutama pangan, energi dan air. Ini kedaulatan bangsa sebetulnya. Yaitu tiga pilar, pangan, energi dan air,” kata Zulhas.

Zulhas menuturkan, langkah pertama yang bakal dilakukan adalah menetapkan kawasan prioritas yang akan masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN). Sejumlah wilayah telah disiapkan, antara lain Merauke, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Selatan.

“Kami diminta presiden ini untuk melakukan koordinasi, agar bisa kita rumuskan, tidak masing-masing kementerian ya, lama,” ujar Zulhas.

Sementara itu, Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Abadi Poernomo, mengatakan optimisme bahwa Indonesia mampu mencapai target produksi satu juta barel minyak per hari pada 2030. Keyakinan tersebut didukung data SKK Migas yang menunjukkan tren positif, dengan peningkatan lifting minyak sebesar 4.000 barel per hari (bph), dari 576.000 bph pada pertengahan 2024 menjadi 580.000 bph pada periode yang sama di 2025.

Abadi menilai capaian ini sebagai bukti nyata bahwa upaya peningkatan produksi migas sudah berada on track menuju target jangka panjang.

“Peningkatan lifting minyak ini sudah on track untuk target satu juta bph. Namun, memang masih ada kesenjangan antara kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) nasional yang mencapai sekitar 1,5 juta bph dengan hasil lifting. Kondisi ini pun akhirnya memaksa kita untuk masih impor, baik dalam bentuk minyak mentah maupun produk jadi BBM,” jelas Abadi.

Abadi menambahkan, SKK Migas sendiri sudah menjalankan sejumlah strategi untuk meningkatkan produksi migas yang meliputi beberapa pilar utama. Yakni dimulai dari eksplorasi yang ekstensif untuk menemukan cadangan baru yang besar hingga reaktivasi sumur-sumur tua yang tersebar di berbagai wilayah.

“Meskipun sumur-sumur tua mungkin hasilnya kecil-kecil, tetapi kalau banyak akan menjadi banyak juga,” tutur Abadi.

Dengan percepatan pembangunan untuk program swasembada energi, Indonesia optimistis mampu menciptakan ketahanan energi nasional yang mandiri, berdaulat, dan berkelanjutan, serta memberikan manfaat nyata bagi generasi mendatang.

More From Author

Strategi Transisi dan Investasi, Kunci Pemerintah Wujudkan Swasembada Energi

Bijak Sikapi Isu, Jangan Biarkan Provokasi 28 Agustus Memecah Keharmonisan Bangsa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *