Oleh : Riska Aulia )*
Indonesia saat ini tengah berada pada momentum penting untuk memastikan ketahanan pangan sekaligus mewujudkan cita-cita besar menuju swasembada. Presiden Prabowo Subianto dengan tegas menekankan bahwa pemerintah berkomitmen penuh meningkatkan produksi pangan nasional agar bangsa ini tidak lagi bergantung pada impor. Menurutnya, negeri ini memiliki tanah subur, sumber daya manusia melimpah, dan teknologi yang terus berkembang. Semua potensi tersebut, jika dikelola secara serius, akan menjadi modal besar untuk memperkuat produksi pangan dalam negeri sekaligus membuka ruang lebih luas bagi penciptaan lapangan kerja baru..
Presiden menegaskan bahwa keberhasilan swasembada bukan hanya sebatas pada ketersediaan pangan, tetapi menyangkut harga diri dan kedaulatan bangsa. Ia mendorong semua kementerian, pemerintah daerah, hingga para petani untuk bergerak bersama demi menjamin rakyat Indonesia memiliki akses terhadap pangan yang cukup sekaligus terjangkau. Swasembada pangan juga diyakini menjadi penggerak ekonomi pedesaan yang mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak, baik di sektor produksi, distribusi, maupun industri pengolahan hasil pertanian. Dengan begitu, pembangunan nasional tidak hanya memperkuat kemandirian bangsa, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara lebih merata.
Sejalan dengan arahan tersebut, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa program swasembada bukan sekadar wacana, melainkan langkah nyata. Intensifikasi lahan pertanian, modernisasi alat produksi, hingga penguatan cadangan pangan nasional sedang digarap di berbagai daerah. Dengan dukungan penuh dari Presiden dan kerja keras petani, target swasembada diyakini dapat terwujud lebih cepat dari perkiraan.
Menteri Pertanian juga menekankan bahwa program produksi nasional tidak berhenti pada peningkatan kuantitas pangan semata. Pemerintah ingin memastikan ketersediaan pupuk, benih unggul, dan sarana produksi lain agar petani mampu bekerja lebih produktif. Agenda besar ini berorientasi pada kesejahteraan petani sekaligus menjaga stabilitas harga, sehingga tidak hanya menyehatkan sistem pangan nasional, tetapi juga memberikan manfaat langsung bagi masyarakat.
Upaya pemerintah pusat ini diperkuat dengan langkah nyata di daerah. Salah satu contoh hadir dari Purwakarta, Jawa Barat. Pemerintah kabupaten setempat dengan dukungan Kementerian Pertanian telah menyalurkan bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) canggih kepada para petani. Mesin combine harvester, misalnya, kini menjadi simbol transformasi sektor agraris di sana. Mesin yang dijuluki “transformer pertanian” itu mampu memangkas biaya panen hingga 40 persen, sekaligus menghemat waktu kerja petani yang sebelumnya membutuhkan sehari penuh untuk memanen lahan satu hektar, kini cukup dua hingga tiga jam.
Bupati Purwakarta Saepul Bahri Binzein menuturkan bahwa efisiensi besar yang dihasilkan mesin modern ini adalah jawaban nyata atas tantangan berkurangnya tenaga kerja pertanian. Petani pun merespons positif karena teknologi tersebut tidak hanya mengurangi beban fisik, tetapi juga menekan biaya produksi. Dengan begitu, kesejahteraan petani semakin terangkat dan hasil panen meningkat.
Keberhasilan Purwakarta membuktikan bahwa sentuhan teknologi pertanian bukan hanya mendongkrak produktivitas, melainkan juga membuka jalan bagi terwujudnya mimpi swasembada pangan. Plt. Kepala Dispangtan Purwakarta, Hadianto Purnama, bahkan menyampaikan bahwa bantuan mesin dari Kementerian Pertanian dapat dipinjamkan secara gratis kepada petani. Hal ini semakin memperkuat optimisme petani untuk menyambut panen raya dengan surplus produksi.
Langkah-langkah nyata ini menggambarkan bahwa pemerintah tidak hanya berhenti pada tataran kebijakan, tetapi benar-benar turun langsung memberi solusi konkret. Subsidi pupuk, benih unggul, pembangunan infrastruktur pertanian, hingga pemanfaatan teknologi modern adalah strategi komprehensif yang menjadi fondasi bagi swasembada.
Namun, jalan menuju swasembada pangan tentu tidak lepas dari tantangan. Perubahan iklim, keterbatasan lahan, dan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menuntut adaptasi cepat. Karena itu, inovasi dan kolaborasi menjadi kunci. Pemerintah mendorong pengembangan varietas unggul yang tahan terhadap cuaca ekstrem, sekaligus memperluas pemanfaatan lahan tidur untuk produksi pangan. Selain itu, sistem irigasi modern dan pemanfaatan digitalisasi pertanian juga terus dikembangkan.
Swasembada pangan bukan hanya soal produksi, melainkan juga distribusi. Maka, pembangunan infrastruktur jalan, gudang, hingga pasar menjadi bagian dari strategi besar agar hasil panen petani bisa segera sampai ke konsumen dengan harga yang terjangkau. Pemerintah sadar bahwa rantai pasok yang efisien akan memperkuat daya saing produk pangan nasional di dalam negeri maupun di pasar ekspor.
Pada akhirnya, swasembada pangan adalah cita-cita kolektif bangsa. Pemerintah pusat, daerah, petani, akademisi, hingga sektor swasta harus berjalan seiring. Dukungan publik juga penting, sebab swasembada bukan hanya agenda pemerintah, melainkan perjuangan bersama untuk memastikan Indonesia berdiri tegak sebagai bangsa yang berdaulat.
Optimisme ini perlu terus dipelihara. Jika pemerintah konsisten mengawal kebijakan, daerah sigap menjalankan inovasi, dan petani semangat bekerja dengan dukungan teknologi modern, maka swasembada pangan bukan lagi mimpi, melainkan kenyataan yang akan dirasakan langsung oleh seluruh rakyat Indonesia. Keberhasilan ini kelak tidak hanya menjamin ketersediaan pangan, tetapi juga memperkuat harga diri bangsa, menegaskan bahwa Indonesia mampu berdiri di atas kaki sendiri.
)* Penulis adalah kontributor Lembaga Studi informasi Strategis Indonesia