Oleh : Gavin Asadit )*
Dalam rangka menyelenggarakan pendidikan berkualitas bagi anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem, Program Sekolah Rakyat yang digagas Presiden Prabowo Subianto akan menerapkan kurikulum tailor made dengan pendekatan Multi Entry – Multi Exit dan sistem asrama. Kurikulum ini dirancang agar fleksibel, adaptif, dan mampu mencetak generasi muda sebagai agen perubahan yang siap menghadapi tantangan abad ke21.
Sekolah Rakyat yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto akan resmi diluncurkan pada Juli 2025 sebagai bagian dari Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2025 tentang Optimalisasi Pengentasan Kemiskinan. Menteri Sosial, Saifullah Yusuf menyatakan bahwa program ini bukan sekadar pendidikan gratis, melainkan bentuk nyata kehadiran negara bagi anak-anak dari keluarga miskin ekstrem. Dengan konsep boarding school, Sekolah Rakyat menawarkan lingkungan kondusif untuk mahasiswa usia SD hingga SMA, memberikan akses pendidikan lengkap tanpa biaya dan fasilitas penunjang yang memadai.
Kurikulum yang akan diterapkan di Sekolah Rakyat disiapkan secara tailor made, atau dirancang khusus untuk menjawab kebutuhan siswa dengan latar belakang beragam. Kurikulum ini menggunakan pendekatan Multi Entry – Multi Exit, memberi fleksibilitas kepada siswa untuk masuk dan keluar program belajar berdasarkan kesiapan dan kebutuhan mereka. Model ini memungkinkan proses pendidikan yang lebih adaptif dan relevan dengan minat serta potensi siswa
Sekretaris Jenderal Kemensos, Robben Rico, menjelaskan bahwa dengan sistem ini, anak-anak dapat menempuh jalur vokasional, akademik, atau life skills sesuai dengan kemajuan mereka, bahkan jika ingin mencoba bekerja lintas sektor di tengah proses pembelajaran
Dalam penyusunan kurikulum, Kemensos melakukan benchmarking ke sejumlah sekolah unggulan, seperti MAN Insan Cendekia Serpong, CT Arsa Sukoharjo, dan Al Hikmah Batu. Studi banding ini bertujuan untuk meninjau praktik terbaik dalam aspek asesmen, pembelajaran individu, kurikulum berbasis deep learning, dan nilai-nilai karakter. Hasil kunjungan menunjukkan bahwa sekolah unggulan mengintegrasikan asesmen diagnostik awal, masa orientasi yang memperkenalkan siswa pada sistem asrama, serta proses pembelajaran yang mendalam dan personal.
Model serupa akan diadopsi dalam Sekolah Rakyat, di mana setiap siswa akan terlebih dahulu mengikuti masa persiapan yang mencakup asesmen kemampuan, karakter, dan potensi mereka sebelum melanjutkan ke kurikulum utama.
Pendekatan pembelajaran yang dipilih adalah individual approach dan deep learning, di mana siswa tidak sekadar menerima informasi secara pasif, melainkan aktif menggarap materi dengan pembimbingan personal, diskusi, dan tugas berbasis proyek. Pendekatan ini diharapkan mampu menciptakan pemahaman yang lebih mendalam dan keterampilan berpikir kritis di kalangan peserta didik.
Kurikulum ini juga menitikberatkan pada penguatan karakter, spiritualitas, cinta tanah air, serta penguasaan bahasa. Nilai-nilai ini dijalin secara sistematis dalam muatan pembelajaran lintas jenjang SD hingga SMA, dengan penyesuaian konten sesuai tingkat usia dan perkembangan siswa.
Sebagai bukti keseriusan pemerintah, total 63–65 titik awal Sekolah Rakyat telah siap operasional per Juli 2025. Titik ini tersebar merata di berbagai provinsi, dari Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, hingga Papua, dan direncanakan bertambah mencapai 100 titik menjelang akhir tahun 2025, bahkan hingga tersebar di 514 kabupaten/kota pada tahap selanjutnya.
Pada lokasi-lokasi ini, Kemensos juga menangani pemilihan materi, perencanaan sarana, perekrutan guru melalui berbagai skema ASN, PPPK penuh dan paruh waktu, serta seleksi calon guru PPG agar program berjalan optimal.
Infrastruktur Sekolah Rakyat dirancang sebagai kampus mini yang lengkap. Setiap lokasi dilengkapi bangunan asrama, ruang ibadah, perpustakaan, laboratorium komputer, fasilitas olahraga, dan ruang kelas yang representatif. Pemerintah menjamin fasilitas ini disediakan secara gratis, termasuk seragam, alat tulis, sepatu, buku pelajaran, serta peralatan teknologi untuk mendukung kurikulum abad ke-21 . Model asrama dipercaya akan memperkuat nilai kedisiplinan, solidaritas, dan kehidupan kolektif yang menjadi nilai karakter kuat dalam Kurikulum Sekolah Rakyat.
Dari sisi sistem akademik, proses pembinaan karakter dan potensi tetap menjadistandar utama agar lulusan tetap berkualitas atau kemampuan akademik tinggi. Satu-satunya syarat adalah status ekonomi siswa harus berasal dari keluarga miskin ekstrem sehingga pendidikan ini benar-benar inklusif dan berpihak kepada mereka yang selama ini terpinggirkan . Bahkan aspek kesehatan menjadi perhatian utama sebelum dan saat masuk sekolah. Jika ada siswa dalam kondisi kurang sehat seperti TBC, mereka akan dirawat terlebih dahulu sampai pulih sebelum resmi diterima di asrama.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, mengungkapkan bahwa program sekolah rakyat akan menggunakan kurikulum yang didesain secara khusus. Adapun kurikulum tersebut disebut tailor-made dengan sistem multi-entry dan multi-exit, sistem kurikulum ini menjadikan penilaian lebih personal dan berbasis capaian individual, bukan sistem seragamseperti di sekolah konvensional. Misalnya, siswa tak harus selalu masuk di kelas 1, melainkan dapat langsung menempati kelas di atasnya.
Terobosan Sekolah Rakyat menjadi harapan besar agar pendidikan berkualitas dapat mengentaskan kemiskinan. Para lulusannya diharapkan menjadi agen perubahan sosial, siap menghadapi dunia kerja, menjadi wirausahawan, ataupun kembali memberi dampak positif di komunitas asal mereka. Seiring kesiapan 63 – 65 titik awal di Juli 2025, program ini sedang menjadi fokus utama pemerintah, pemerintah daerah, serta komunitas pendukung agar pendidikan bagi golongan rentan dapat setara dengan sekolah unggulan lainnya.
)* Penulis adalah Pemerhati Masalah Sosial dan Kemasyarakatan